Tugas 5 - Perkembangan Tata Kota Modern Kota Paris
Siapa yang tidak tahu Paris?
Paris adalah sebuah kota yang keindahannya begitu
tersohor hingga ke pelosok dunia. Mereka bilang, Paris adalah kota seni, dan
bagi saya, kota Paris itu sendiri merupakan sebuah karya seni. Bahkan setiap
lampu merah yang ada di Paris terlihat seperti sebuah unsur dekoratif. Namun
ada satu komponen penting yang sederhana dari banyak hal lain yang turut
mendasari keindahan Paris, yaitu daya tarik dari komposisi penataan kota
beserta bangunan-bangunannya.
Paris, Perancis memang merupakan salah satu surga bagi
para turis yang mencerminkan kemegahan arsitektur, dimana sejarah telah
menyaksikan kelahiran, transformasi, dan perkembangan gaya-gaya bangunan paling
monumental dalam dunia arsitektur. Beberapa bangunan paling ikonik yang pernah
dikenal oleh peradaban, seperti misalnya Menara Eiffel, Katedral Notre Dame
atau Arc de Triomphe, ada di Paris. Keunggulan estetika bangunan di Paris yang didukung
oleh sebuah konsep penataan kota yang ramah akan masyarakat dan para pejalan
kaki membuat Paris menjadi sebuah tempat yang istimewa bagi setiap orang yang
mengunjunginya.
Ini semua tidak lepas dari jasa Bangsawan Haussmann,
seorang perencana tata kota yang telah membentuk Paris ke dalam bentuk
modernnya hari ini. Reformasinya untuk kota Paris dikenal lewat Rencana
Haussmann. Ialah yang mewujudkan konsep Paris yang memiliki trotoar-trotoar
lapang untuk para pejalan kaki, kafe-kafe dan toko-tokonya, juga
jalanan-jalanannya yang lebar. Ia juga mengembangkan bangunan-bangunan,
fasilitas-fasilitas kota, monumen-monumen bersejarah, sistem pengairan, dan
juga taman-taman kota di Paris. Singkatnya, Paris yang ada pada hari ini sebagian
besar berasal dari hasil renovasi di zaman Haussman.
Renovasi Paris Haussmann, atau Rencana Haussmann, adalah
sebuah program modernisasi kota Paris yang digagas oleh Napoleon III dan
dipimpin oleh seorang prefek Seine bernama Bangsawan Georges-Eugene Haussmann, yang
berlangsung pada tahun 1853 sampai 1870. Meskipun pekerjaan ini dilanjutkan
hingga akhir abad 19, jauh setelah kekalahan rezim Kerajaan Kedua di tahun
1870, proyek Haussmann sering disebut sebagai ‘Reformasi Kerajaan Kedua’.
Proyek Haussmann mencakup seluruh aspek dari perencanaan
urban, baik di pusat kota Paris maupun di distrik-distrik sekelilingnya:
jalanan dan jalan raya, taman-taman umum, saluran pembuangan dan saluran air,
fasilitas kota, dan monumen publik. Perencanaan Haussmann dipengaruhi oleh
banyak faktor, salah satunya sejarah revolusi jalanan di kota Paris.
Haussmann Boulevard
Pendekatan Haussmann terhadap perencanaan urban ditentang
dengan keras oleh orang-orang pada zamannya, namun belakangan di re-evaluasi
ketika pendekatan modernis terhadap perencanaan urban mendapat celaan.
Di awal abad 19, pusat kota Paris memiliki struktur yang
sama dengan strukturnya di Zaman Pertengahan. Jalinan jalanannya yang sempit
dan bangunan-bangunannya yang padat menghambat aliran lalu lintas, dan
berdampak pada kondisi yang tidak sehat yang dikecam oleh para ilmuwan ahli
kebersihan. Dari tahun 1830 hingga tahun 1860, keadaan ini tidak berubah.
Sebenarnya, ide untuk merenovasi kota Paris sudah ada sejak
zaman revolusi. Di tahun 1794, dalam masa Revolusi Perancis, sebuah Perkumpulan
Seniman membentuk suatu proyek yang bertujuan untuk merealisasikan pembukaan
jalan raya yang lebih lebar di Paris.
Kemudian, Napoleon I menugaskan pembangunan jalanan
kolosal di sepanjang Jalan Rivoli. Jalanan baru ini mengatasi kemacetan lebih
baik daripada jalanan yang dirancang oleh Perkumpulan Seniman dalam proyek
mereka. Jalanan ini juga dijadikan sebagai dasar untuk alat hukum baru bernama servitude d’alignement, yang mencegah
pemilik-pemiliki real estate untuk
merenovasi atau membangun ulang bangunan mereka di luar garis tertentu yang
dibuat oleh badan administrasi kota.
Di penghujung dekade 1830-an, seorang prefek Paris
bernama Rambuteau menyadari bahwa masalah-masalah kemacetan dan kebersihan di
distrik yang mengalami kelebihan penduduk telah berkembang menjadi sebuah kekhawatiran.
Ia menyadari pentingnya membiarkan udara dan manusia bersirkulasi. Gagasan ini datang
dari insiden epidemi kolera di tahun 1832—yang membunuh 20.000 jiwa di Paris
dari total 650.000 penduduknya—juga sistem baru bernama ‘pengobatan sosial’
yang dianalisis oleh Michel Foucault (yang salah satu fokusnya adalah memanfaatkan
kelancaran sirkulasi udara). Sehingga Prefek Rambuteau membangun sebuah jalan
baru di pusat zaman pertengahan kota Paris, tetapi kuasa administrasi kota
terbatas karena berlakunya aturan pengambilalihan kepemilikan. Hukum baru pun
dibuat untuk menyelesaikan masalah ini.
garis-garis batas dari Paris setelah mengalami perluasan
Terpilih menjadi presiden Republik Perancis di tahun
1848, Louis-Napoleon Bonaparte mendapatkan gelar Napoleon III. Dibawah naungan
pangkat barunya, Napoleon III memutuskan untuk memodernisasi Paris setelah
melihat kota London, sebuah kota yang telah bertransformasi sebagai hasil dari
Revolusi Industri, yang menawarkan taman-taman kota yang luas dan sistem
pengairan yang lengkap untuk masyarakatnya. Terinspirasi dari ide Rambuteau,
dan kesadarannya akan isu-isu sosial, ia berusaha untuk memperbaiki kondisi
perumahan masyarakat kelas bawah; di beberapa perumahan, kepadatan penduduk
mencapai angka 100.000 orang/km2 dengan keadaan sistem sanitasi yang
menyedihkan. Tujuan lainnya adalah mempermudah pemerintah setempat agar dapat
mengontrol ibukota dengan lebih baik.
Untuk memuaskan ambisinya, Napoleon III membutuhkan seseorang
yang bisa dipercaya untuk menyelesaikan tugas besar tersebut. Ia menemukan pria
yang tepat dalam diri Georges-Eugene Haussmann, seorang pria dari badan administrasi
kota yang loyalitas dan keefektifitasannya telah terbukti. Belakangan, pada tahun
1853, ia menganugerahi Haussmann dengan gelar Perfek Seine. Napoleon III dan Haussmann
bekerja sama dengan baik. Napoleon III mendukung Haussmann bahkan jika ia harus
bertentangan dengan para penasihatnya, dan Haussmann menunjukkan kesetiaannya
setiap waktu sebagai balasannya, sambil mempromosikan ide-idenya sendiri di
saat yang bersamaan seperti proyek untuk Jalan Raya Saint-Germain.
Sebagai langkah awal, pihak kota mengambil alih
kepemilikan bangunan dari para pemilik-pemilik yang tanahnya berada dalam
wilayah renovasi.
Haussmann memiliki kesempatan untuk bekerja dalam konteks
legislatif yang telah dimodifikasi secara khusus untuk merenovasi kota. Dekrit
26 Maret 1852 mengenai jalanan-jalanan di Paris diterbitkan setahun sebelum
penunjukan Haussmann oleh Napoleon III sebagai pelaksana, menghasilkan
hukum-hukum yudisial utama sebagai berikut.
1. Tentang pengambilalihan
kepemilikan dengan tujuan yang berdasarkan kepentingan umum: kota bisa
mendapatkan bangunan-bangunan yang terletak di sepanjang jalan untuk
direkonstruksi.
2. Orang-orang yang memiliki
bangunan diwajibkan untuk membersihkan muka bangunan mereka setiap sepuluh
tahun sekali.
3. Perataan jalan di Paris,
penataan bangunan-bangunan dan koneksi dengan saluran air diatur oleh
pemerintah kota.
Pada waktu yang sama, pemerintah setempat juga mengatur
hal-hal seperti dimensi bangunan dan aspek-aspek estetika bangunan:
1. Regulasi tahun 1859 untuk
perencanaan urban di Paris meningkatkan tinggi maksimum bangunan-bangunan kota
dari 17.55 meter menjadi 20 meter di jalan yang lebih luas dari 20 meter.
Atap-atap diwajibkan untuk memiliki sudut inklinasi setidaknya 45 derajat.
Kombinasi antara tinggi bangunan dan kemiringan atap memberikan karakter bagi
arsitektur di zaman Kerajaan Kedua saat itu, termasuk atapmansard dan garret di
lantai puncak.
2. Konstruksi di sepanjang
jalan-jalan raya baru harus memenuhi aturan-aturan yang berkenaan dengan
penampilan luar bangunan. Gedung-gedung di sekitarna harus menyesuaikan tinggi
lantai mereka agar berukuran sama, dan garis utama pada muka bangunan juga
harus disesuaikan. Penggunaan batu tambang merupakan perintah yang diberlakukan
untuk jalan-jalan raya yang baru ini. Ini adalah permulaan dari pembangunan
Paris ke dalam bentuk khasnya saat ini, yaitu percampuran antara arsitektur
modern dan klasik.
Rencana Haussmann merupakan refleksi dari evolusi
Kerajaan: otoriter hingga tahun 1859, dan lebih fleksibel setelah tahun 1860.
20.000 rumah dihancurkan, dan lebih dari 40.000 dibangun dalam selang waktu antara
tahun 1852 dan 1872. Beberapa bagian dari proyek ini masih berlanjut di bawah
rezim Republik Ketiga, setelah Haussmann dan Napoleon III turun jabatan.
Renovasi Paris bersifat total. Membersihkan area
perumahan bukan hanya berarti sirkulasi udara yang lebih baik tetapi juga
evakuasi sampah dan distribusi air yang lebih baik. Pada tahun 1852, air minum
di Paris berasal terutama dari Ourcq. Mesin uap juga mengekstraksi air dari
Sungai Seine, tetapi kebersihannya bermasalah. Maka, Haussman menugaskan
insinyur Belgrand untuk menciptakan sistem distribusi air yang baru untuk
ibukota. Hasilnya, 600 kilometer bendungan dikonstruksi antara tahun 1865 dan
1900.
Tantangan berikutnya yang harus diselesaikan oleh renovasi
Paris adalah permasalahan daerah hijau. Daerah hijau di Paris cukup langka.
Setelah mengunjungi dan menikmati keindahan dari taman-taman di London,
Napoleon III pun merekrut insinyur Jean-Charles Alphand—suksesor Haussman di
masa depan—untuk menciptakan taman-taman dan daerah hijau. Selain itu, di
setiap distrik alun-alun didirikan, dan pepohonan ditanam di sepanjang jalan
raya.
Napoleon III
Upaya dari Rencana Hausmann tidak terbatas pada
jalan-jalan baru dan utilitasnya, tetapi juga menentukan fasad bangunan.
Blok jalanan dirancang sebagai satu keutuhan arsitektur
homogen. Bangunan tidak diperlakukan sebagai struktur mandiri, tetapi
bersama-sama harus menciptakan lanskap perkotaan yang terpadu.
Peraturan dan batasan yang diberlakukan oleh pihak
berwenang menghasilkan tipologi yang membawa evolusi klasik dari bangunan Paris
khas era Haussmann:
1. Lantai dasar dan basement
dengan dinding bantalan yang tebal.
2. Mezanin atau entresol pada
lantai pertengahan, dengan langit-langit rendah.
3. Lantai kedua dilengkapi
dengan lantai piano nobile dan balkon.
4. Lantai ketiga dan keempat
dengan gaya yang sama namun menggunakan instrumen batuan yang lebih simpel di
sekeliling jendela-jendela; terkadang tidak memiliki balkon.
5. Lantai kelima dengan satu
balkon yang tidak didekorasi.
6. Atap mansard, dengan kemiringan 45 derajat, disertai ruangan-ruangan garret dan jendela-jendela dormer.
Bangunan-bangunan khas Haussmann ini berdiri di sekitar
garis horizontal yang berlanjut dari satu bangunan ke yang berikutnya: balkon
dan cornice yang sempurna selaras,
tanpa terlihat ceruk pemisah atau proyeksinya. Dengan risiko keseragamannya, Jalanan
Rivoli dianggap sebagai model untuk jaringan jalan-jalan Paris yang baru secara
keseluruhan. Untuk bagian depan bangunan, kemajuan teknologi gergaji batu dan transportasi
uap memungkinkan penggunaan blok batu besar sebagai pengganti batuan sederhana.
Ini memberikan efek monumental yang membebaskan bangunan-bangunan dari
ketergantungan dekorasi.
Banyak orang-orang di zaman itu menganggap Napoleon III menyembunyikan
motif sebenarnya—dengan menggunakan kedok meningkatkan kondisi sosial dan
sanitasi—bahwa sebenarnya proyek renovasinya diarahkan pada bidang militer agar
bisa berfungsi lebih efektif bagi keamanan ibukota. Berdasarkan teori ini, satu
jalan yang lebar dibangun untuk memfasilitasi pergerakan pasukan dan mencegah
pemblokiran barikade demonstran di jalan, dan kelurusan jalan-jalan memudahkan
artileri untuk menembaki kerumunan kerusuhan dan hadangan dari mereka. Apalagi,
persimpangan terbuka memungkinkan kontrol yang lebih mudah. Penafsiran ini
telah banyak diulang dan diterima oleh berbagai sumber.
gambaran dari jalan raya di Paris
Meski demikian, tingkat pekerjaan itu sendiri menunjukkan
bahwa tujuan Napoleon III itu, setidaknya, tidak semata-mata berorientasi pada keamanan
militer kota. Di sisi lain, spektakulernya jalan-jalan raya, transformasi kota,
juga termasuk pembangunan jaringan bawah tanah modern selokan dan air tawar,
instalasi rencana bangunan yang efisien di permukaan, dan harmonisasi arsitektur
sepanjang jalanan baru telah terwujud.
kota Paris modern
Transformasi Haussmann atas Paris membawa perbaikan yang
nyata terhadap kualitas hidup di ibukota. Penyakit epidemi (seperti tuberkulosis)
berhenti, kualitas sirkulasi udara meningkat, dan bangunan-banguanan baru yang
lebih baik dibangun, bahkan lebih fungsional daripada pendahulu mereka. Paris
pun tumbuh menjadi sebuah nama yang tak mungkin luput dari ingatan, sebuah kota
yang dicintai penduduknya; sebuah kota yang dirindukan setiap pengelana dari
sudut-sudut dunia.
Dan pada akhirnya, Paris yang dicintai para turis hari
ini, adalah hasil dari sebuah sejarah panjang yang melibatkan gagasan-gagasan
hebat para pemikir masa depan dari masa lalu. Paris adalah sebuah mahakarya,
sebuah panutan untuk kota-kota lain di manapun di belahan lain bumi yang
mencerminkan kepedulian para pendahulunya untuk membentuk ruang yang lebih baik
untuk waktu yang akan datang. Jadi, sah-sah saja jika Ernest
Hemingway mencoba menjabarkan keindahan kota Paris yang dicintainya dengan amat
sederhana: “Hanya ada dua tempat di dunia ini dimana kita bisa hidup dengan
bahagia: di rumah dan di Paris.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar